FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberi kode kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Beredar wacana harga BBM akan naik pada 1 September 2022 dengan Pertalite menjadi Rp10 ribu per liter dan Solar Rp8.500 per liter.
Kode Jokowi terkait rencana menaikkan harga BBM diunggah melalui akun Instagram resminya. Jokowi menjelaskan beberapa poin keputusan rapat terbatas bersama jajaran menterinya pada Senin (20/8/2022).
Penjelasan Jokowi terkait rencana pemberian bantuan sosial untuk meringankan beban masyarakat. Total dana bantuan sosial atau bansos yang akan disalurkan mencapai Rp24,7 triliun.
Bantuan itu terdiri dari bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp12,4 triliun dan bantuan subsidi gaji bagi para pekerja sebesar Rp9,6 triliun. Subsidi ini untuk yang memiliki penghasilan di bawah Rp3,5 juta per bulan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi isu terkait rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter.
Presiden menegaskan dirinya telah memerintahkan jajarannya untuk menghitung secara detail sebelum mengambil keputusan menaikkan harga Pertalite.
“Semuanya saya suruh hitung betul, hitung betul sebelum diputuskan,” kata presiden di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa (23/8).
Eks gubernur DKI Jakarta itu menilai kenaikan harga Pertalite akan memberikan pengaruh besar terhadap hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, Jokowi meminta jajarannya untuk berhati-hati terhadap dampak yang akan timbul dari kenaikan harga Pertalite.
“Ini menyangkut hajat hidup orang banyak, jadi semuanya harus diputuskan secara hati-hati, dikalkulasi dampaknya, jangan sampai dampaknya menurunkan daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangga,” tutur presiden.
Selain daya beli dan konsumsi masyarakat, presiden juga mengingatkan jajarannya terhadap kenaikan inflasi dan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional sebagai dampak yang akan timbul dari kenaikan harga Pertalite.
“Kemudian juga nanti yang harus dihitung juga menaikkan inflasi yang tinggi, kemudian bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi,” ucap dia. (fajar/jpnn)