FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Kritikus politik dan pemerintahan Faizal Assegaf memberikan komentar terkait adanya wacana kenaikan harga BBM bersubsidi.
Faizal menyebut perlunya ada transparansi dalam wacana penaikan harga BBM tersebut.
Ia bahkan menyebut Menkeu Sri Mulyani dan Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan meminta Jokowi untuk menaikan harga BBM tanpa mempertimbangkan kelompok kritis.
“Sri Mulyani dan Luhut komporin @jokowi utk naikin BBM tanpa peduli dengan masukan dari kelompok kritis yg menuntut transparansi,” ucap Faizal dilansir dari twitter pribadinya, Jumat (26/8/2022).
Ia pun mengingatkan agar Presiden Jokowi untuk hati-hati dengan modus kebijakan yang memicu kemarahan rakyat.
“Mestinya Jokowi hati-hati dengan modus kebijakan ugal-ugalan yang dapat memicu kemarahan rakyat sbgmana terjadi disejumlah negara. Bernegara dengan jujur deh!” pungkasnya.
Diketahui, Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani memprediksi bahwa akan ada penambahan subsidi Pertalite dan Solar sebesar Rp 189 triliun rupiah sampai akhir tahun.
Penambahan subsidi itu dilakukan jika harga BBM tidak dinaikkan dalam waktu dekat.
“Kalau harga minyak terus di atas US$ 100 per barel, maka kita perkirakan subsidi itu harus nambah lagi bahkan bisa mencapai Rp 198 triliun, di atas Rp 502 triliun, nambah kalau kita nggak menaikkan BBM. Kalau nggak ada apa-apa, tidak dilakukan pembatasan, Rp 502 triliun tidak akan cukup,” jelasnya dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI.
Saat ini, kata Sri Mulyani, pemerintah tengah membahas keputusan BBM dengan tiga pilihan, yakni apakah BBM tidak naik dengan resiko subsidi energi harus ditambah lagi, atau volumenya akan ditambah atau volumenya akan dikendalikan atau menaikkan harga BBM.