FAJAR.CO.ID, JAKARTA– Pemerintah berencana menambah utang baru di tahun 2023 sebesar Rp 696,3 triliun. Selain itu, pemerintah juga akan membayar bunga pinjaman Rp 441 triliun.
Hal itu disampaikan langsung Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato usulan Rancangan APBN 2023 di Gedung DPR, Selasa (16/8/2022).
Menanggapi hal itu, analis kebijakan Said Didu mengungkapkan yang dipaparkan Presiden Jokowi baru bunga pinjaman. Belum termasuk pokok pinjaman.
Hitung-hitungan mantan Sekretaris BUMN itu, jika pemerintah membayar pokok utang dan bunganya bisa mencapai dua kali lipat.
“Rp 441 trilyun itu hanya bayar bunga – kalau ditambah bayar pokok sepertinya akan mencapai sktr Rp 900 trilyun,” tulis Said Didu dikutip Fajar.co.id di akun Twitter @msaid_didu, Kamis (18/8/2022).
Dalam pidatonya, Pak Jokowi bilang utang baru tahun depan untuk menutup defisit anggaran, membiayai pengeluaran pembiayaan, seperti pembiayaan investasi, pemberian pinjaman, serta kewajiban penjaminan.
Pemerintah memproyeksi kondisi perekonomian akan membaik, sehingga pembiayaan utang di tahun depan akan mengalami penurunan.
“Pada tahun 2023, kondisi perekonomian diperkirakan semakin membaik. Hal ini diharapkan dapat mendorong perbaikan kinerja APBN sehingga defisit APBN dapat ditekan kembali dan pembiayaan utang semakin menurun,” tulis Nota Keuangan dan RAPBN 2023.
Adapun angka ini menurun jika dibandingkan dengan APBN 2022 yang sebesar Rp 870,5 triliun maupun outlook di tahun ini Rp 757,6 triliun.
Di sisi lain, pemerintah juga akan melakukan belanja pembayaran bunga utang dalam dan luar negeri di tahun depan sebesar Rp 441,4 triliun. Untuk pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp 426,8 triliun dan pembayaran bunga utang luar negeri Rp 14,6 triliun.(msn/fajar)